PROYEK PEMBANGUNAN GERBANG TOL CIKARANG UTAMA INOVASI GERBANG TOL “MODERN”




Pemilihan lokasi GT Cikarang Utama di KM 29+200 (antara Cibitung –Cikarang Barat) pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek ini, dilatarbelakangi oleh keterkaitan dengan rencana sistem jaringan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road 2 (JORR 2) pada keseluruhan sistem jaringan Jalan Tol Jabodetabek. Sehingga akan terjadi sinkronisasi Transaksi Tol pada masing-masingruas jalan tol. 

Pada saat GT Cikarang Utama dioperasikan nantinya, maka akan terjadi perubahan Sistem Transaksi Tol untuk kendaraan dari Jakarta (Cawang) ke Cikarang Barat (kawasan industri Jababeka/Lippo Cikarang) dan sebaliknya, yang menjadi Sistem Transaksi Terbuka yaitu sekali membayar tol dengan  tarif sama merata di masing-masing gardu tol exit. Sedangkan untuk kendaraan dari Jakarta ke Cikampek/Bandaraan dari Jakarta ke Cikampek/Bandung dan sebaliknya, tetap Sistem Transaksi Tertutup yaitu mengambil kartu tol di gardu tol entrance dan selanjutnya membayar tol di gardu tol exit sesuai panjang km yang ditempuh.


“Rencananya GT Cikarang Utama sebagai pengganti GT Pondok Gede Timur itu akan dioperasikan pada akhir tahun2010. Seiring dengan dioperasikannya GT Cikarang Utama ini, maka PT Jasa Marga (Persero) Tbk. juga akan menerapkan Gardu Tol Otomatis (GTO) di gardu tol entrance untuk kendaraan dari Jakarta ke arah Cikampek/Bandung. Sedangkan untuk pembayaran transaksi tolnya, maka pada gardu tol exit untuk kendaraan dari arah Cikampek/Bandung ke Jakarta akan disediakan pula pembayaran tol dengan sistem kartu elektronik (e-toll card).Dengan demikian Pengguna Jalan Tol akan lebih cepat waktunya saat melakukan transaksi tol,”demikian disampaikan Ir. Okke Merlina Corporate Secretary PT Jasa Marga (Persero) Tbk.


Dengan berfungsinya GT Cikarang Utama ini, maka selain akan dilakukan pembongkaran terhadap GT Pondok Gede Timur juga berdampak pada pembongkaran GT Padalarang Barat. Dengan dibongkarnya GT Padalarang Barat tersebut, maka kendaraan yang akan masuk ke Bandung atau yang keluar dari Bandung tidak perlu lagi berhenti di GT Padalarang Barat seperti selama ini, namun langsung jalan lurus ke arah tujuan masing-masing, sehingga waktu tempuh akan menjadi lebih cepat.


Terkait dengan pemilihan lokasi GT Cikarang Utama di KM.29+200 pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek ini, Ir. Bachriansyah – Pemimpin Proyek Pembangunan Gerbang Tol Cikarang Utama PT.Jasa Marga (Persero) Tbk., mengatakan melalui kajian bersama dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian

Pekerjaan Umum. Pembangunan GT Cikarang Utama ini, tambahnya, menelan biaya investasi sekitar Rp.185 milyar termasuk biaya pembebasan tanah seluas 5,5 ha di sisi Utara.


Revisi Desain

GT Cikarang Utama ini, menurut Bachriansyah, pada awalnya direncanakan sebanyak 39 Gardu Tol dan diperlukan pembebasan tanah seluas kurang lebih 12,5 hektar di luar Daerah Milik (Damija/ROW) Jalan Tol. Yakni, di sisi Utara kurang lebih 5,5 hektar dan di sisi Selatan kurang lebih 6,5 hektar. Namun pembebasan tanah yang dilakukan sejak bulan April 2008 ternyata mengindikasikan bahwa hanya tanah sisi Utara saja yang dapat dibebaskan.


Melihat kondisi tersebut maka BPJT memutuskan agar pembangunan GT Cikarang Utama tersebut dilakukan pada tanah sisi Utara yang dibebaskan saja. Terkait dengan hal tersebut, Iwan Dewantoro,ST,MT – Engineer bidang Pengendalian Mutu & Rekayasa Teknik di Proyek Pembangunan Gerbang Tol Cikarang Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk., mengatakan, Jasa Marga kemudian melakukan revisi desain dengan menggunakan tanah sisi utara yang dibebaskan serta memaksimalkan pemanfaatan ROW sisi Selatan, dan untuk percepatan waktu diterapkan sistem design & built kepada Kontraktor Pelaksana, yaitu PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Dalam design & built tersebut, maka Konsep Desain untuk “layout dan plan Sistem Transaksi Tol” sepenuhnya dari Jasa Marga, sedangkan Jaya Konstruksi lebih kepada Detail Engineering Design (DED).


Terkait kesulitan dalam pelaksaan proyek ini, ungkap Surachman, adalah pada saat melaksanakan pekerjaan pelataran dan konstruksi di area gerbang tol di jalur lalu lintas eksisting, karena harus menerapkan traffic management dengan cara pengaturan pekerjaan sistem zona, yang dibagi menjadi 5 zona pekerjaan. “Pekerjaan paling sulit, yaitu pelaksanaan pada zona 2, 3 dan 4 karena pekerjaan di zona-zona tersebut menunggu pekerjaan di zona 1 dan 5 selesai dikerjakan. Dimana pada saat melaksanakan pekerjaan di zona 2, 3 dan 4 maka lalu lintas harus dialihkan ke zona 1 dan 5,” ujarnya, sembari mengatakan, bahwa waktu pelaksanaan dilakukan pada malam hari, dengan window time dari jam 23.00 WIB hingga jam 05.00 WIB. Dengan kondisi lahan yang ada, maka dilakukan fabrikasi konstruksi gerbang baja di workshop, kemudian dirangkai di lapangan untuk 2 lokasi gerbang.

Ir. Bundjali, Msi – Resident Engineer PT.Global Profex Synergy, menambahkan, perkerasan jalan Lajur Khusus dengan total panjang jalan sekitar 3 km menggunakan rigid pavement tebal 27 cm, dilapisi perkerasan aspal (AC-WC) tebal 5 cm. Sedangkan untuk perkerasan di pelataran gerbang menggunakan rigid pavement tebal 30 cm, untuk perkerasan sepanjang 100 meter sebelum dan sesudah gerbang tol ditambah dengan double wiresmesh mengingat beban dan efek kejut dari kendaraan di area tersebut sangat besar. “Volume beton yang dibutuhkan di proyek ini kurang lebih 25.000 m3 dan tenaga kerja lapangan yang dikerahkan di proyek ini mencapai lebih dari 150 orang”, ujar Surachman.

Bachriansyah, menyatakan “Proyek pembangunan GT Cikarang Utama ini sangat “kompleks” lingkup pekerjaannya dan merupakan “pembelajaran lengkap” terhadap semua “ilmu” yang terkait tentang pembangunan dan pengoperasian jalan tol baik berupa kontruksinya, sistem transaksi tol, serta sistem manajeman lalu lintas jalan tol”. [us]
Lebih baru Lebih lama